Minggu, 22 November 2009

Legenda Masjid Loano

Menurut historiografi lokal disebutkan dalam pengembangan agama islam, sunan Kalijaga sampai di tanah Bagelen dan berhasil mendirikan pondok pesantren di dukuh Watu Belah yang sekarang masuk wilayah Trirejo kecamatan Loano. Di wilayah tersebut sunan Kalijaga mengajarkan agama islam sebagai agama baru. Demikian juga di desa Dlangu, yang sekarang masuk dalam wilayah kecamatan Butuh. Di Dlangu sunan Kalijaga membuat tempat ibadah dan memberi nama desa tersebut senada dengan tempat kediamannya yakni Kadilangu. Yang jelas kehadiran sunan Kalijaga di tanah Bagelen mampu memulai islam yang diawali oleh muridnya sunan Geseng. Di kecamatan Loano kabupaten Purworejo, terdapat pula masjid yang konon dibangun pula oleh sunan Geseng. Masjid Loano ini dibangun dengan 16 umpak kayu dan di lengkapi dengan lempengan baja yang dibuat lengkung sedemikian rupa guna menahan guncangan apabila terjadi gempa bumi. Masjid ini sudah direnovasi menurut ketentuan arkheologi dengan cara mengembalikan ke wujud semula. Kamuncak dari bangunan utamanya semula dipindahkan ke masjid Banjaran Kulon, terbuat dari “terakota” telah dikembalikan sedangkan tiang- tiang kayunya sudah rapuh telah dilakukan upaya penyuntikan oleh dinas purbakala. Arti dari 16 tiang masjid hingga sekarang belum diketahui maknanya. Masjid arsitektur jawa ini telah terdiri dari dua bagian di depannya merupakan bangunan baru yang didirikan sekitar tahun 1825. Bagian utamanya menurut ceritera dibangun oleh sunan Geseng dan sekitar 100 meter dari lokasi masjid juga diceritakan merupakan lokasi tempat kediaman sunan Geseng.
Menurut sumber lain penyebaran agama islam di Jawa Tengah bagian selatan dan di sebelah timur sungai Lakulo dilakukan oleh sunan Geseng. Sedangkan dibagian barat dilakukan oleh Syekh Baribin seorang ulama dari Pucang Kembar, sedangkan pengislaman disebelah barat Banyumas dilakukan oleh bupati Banyak Belanak dan Syekh Makduwali atas perintah Sultan Demak. Namun pada masa kerajaan Demak masih pada awal perkembangannya tanah Bagelen sudah menjadi bagiannya. Menurut penduduk Bagelen tempat Ki Cakrajaya menunging, menelungkup di atas tanah dengan berpegang teguh pada carang bambu masih terdapat bekas-bekasnya. Sedangkan sebuah masjid di Kauman Begelen konon dibangun oleh sunan Geseng, oleh karena itu masjid tersebut dinamakan masjid sunan Geseng. Selain masjid di Kauman Bagelen sudah direnovasi tanpa mempedulikan nilai-nilai kearkheologian . Sedangkan desa Kadilagu yang terletak di sebelah timur muara sungai Bagawanta mungkin erat kaitannya dengan sunan Kalijaga. Belum jelas apakah pengislaman di tanah Bagelen hanya dua orang tersebut atau ada tokoh lain, sebab di Kaligesing diketahui tempat petilasan di kaki gunung Wangi yang konon ada hubungannya dengan Syekh Magribi.

2 komentar:

  1. Nice info.....

    masjid loano iku cedak karo omahku tapi aku dewe malah ra ngerti sejarahe.... ckckckckck

    BalasHapus
  2. salam kenal,
    makasih,,, jika sudah dapat memberi informasi bagi anda.

    BalasHapus