Rabu, 18 November 2009

Kisah Jaka Bedug

Menurut babad Tjakradjaja yang merupakan petikan dari serat suluk Tjablaka kutipan dari buku suluk Tjablaka menyebutkan bahwa Ki Cakrajaya mempunyai dua anak laki- laki yaitu Djaka Bumi dan Djaka Bedug. Diceritakan bahwa pada suatu malam Ki Cakrajaya melihat bintang berekor dari selatan menuju utara. Akhirnya bintang tersebut diikuti dan sekitar pukul 05.00 bintang tersebut jatuh di hutan Lowano. Kemudian Ki Cakrajaya pindah ke Lowano dan rumah yang di Bedug diserahkan kepada kedua anaknya. Sedangkan menurut sumber lain mengatakan bahwa Ki Bumi merupakan anak laki-laki Jaka Bedug.
Suatu saat ketika sunan Geseng mengail ikan dan mengetahui anaknya mengitip tanpa menengok ke belakang dia mengatakan bahawa anaknya seperti kera, mengintai orang sambil memanjat. Seketika wajahya berubah menjadi kera, dan dengan perasaan menyesal sunan Geseng memberi wejangan kepadanya, yang diberi nama “nilasraba”. Berkat laku tapa dan doa yang selalu dipanjatnya akhirnya setelah dewasa jaka Bedug memiliki kedudukan tinggi . Dalam naskah Bappeda disebutkan bahwa dia diangkat sebagai Adipati Bagelen yang berkedudukan di Krendetan dengan Gelar Adipati Nilasraba I. Menurut pinisepuh peristiwa ini terjadi pada masa kerajaan Demak.
Adipati Arya Nilasraba I mempunyai putra Ki Bumi dan Ki Mentosoro. Setelah wafat dimakamkan di Sidompyong desa Krendetan. Ki Bumi akhirnya menggantikan ayahnya dan bergelar Adipati Arya Nilasabra II atau Ki Karta Menggala. Menurut babad Tjakradjaja Jaka Bedug diwisuda menjadi bupati Bedung dengan nama Tumenggung Nilasraba dan “suwita” atau mengabdi kepada Mataram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar